Balada Pergi Subuh – Pulang Isya:‎ Cerita “Syahdu” Pegawai PA Mempwah

Mempawah – Pagi itu, hawa dingin masih menyelimuti tubuhnya. Walau demikian, pakaian rapi sudah ia kenakan, begitupula tas jinjing kesayangannya sudah siap ia bawa. Padahal hari itu, waktu masih menunjukan pukul setengah enam pagi. Namun kewajibannya sebagai abdi negara mengharuskannya berangkat sepagi mungkin. Namanya Iju, begitulah Juriah Wati biasa dipanggil oleh teman-teman sekantornya. Ia merupakan salah satu pegawai Pengadilan Agama (PA) Mempawah yang tinggal bersama keluarganya di Kota Pontianak. 

Iju tidak sendiri, ada sekitar 5 pegawai PA Mempawah lainnya yang harus rela bolak balik Mempawah – Pontianak. Sebutlah, Sekretaris PA Mempawah Irwan, SH, Kasubag Umum dan Keuangan Febri Selesera, ST, Kasubag Perencanaan, IT dan Pelaporan Novi Gunawan, S.Kom, Panmud Permohonan Yusmaniar, SH dan Bendahara PA Mempawah Savitri Pratiwi Siregar, SE.

Setiap hari Senin sampai Jum’at, mereka harus berjibaku dengan waktu. Pagi-pagi sekali mereka harus bergegas ke kantornya di Mempawah dan setelah seharian berjibaku dengan tugas-tugasnya, barulah mereka bisa sampai di rumah kediaman masing-masing selepas bedug isya tiba. Sekitar dua jam lebih, waktu yang harus mereka habiskan di jalan, itu tidak termasuk macet, nunggu bus yang lelet dan seabrek kendala lainnya di perjalanan.

“kadang-kadang kalau bus nya lelet, kami nunggu bis di depan dinas kesehatan tu bisa sampai jam setengah enam sore” Terang Iju di sela-sela kesibukannya sebagai petugas layanan pendaftaran.

Bukan hanya itu, faktor kemacetan menambah pilu dan penderitaan “Geng” ini.

“Bahkan kalau ada perbaikan jembatan (kapuas), itu kan bikin macet parah, kemarin saja kami baru pulang ke rumah jam setengah sembilan malam, sengsara banget kan kami” Terang Dini Febri Selsera, lulusan Akprind Yogyakarta ini.

Biasanya para pegawai ini, setiap harinya harus merogeh kocek untuk ongkos aja sekitar Rp. 29.000,-. Dengan rincian, ongkos Bus Pontianak-Mempawah Pulang Pergi (PP) sekitar Rp. 20.000,-, Ojek dari Terminal Mempawah ke Kantor sekitar Rp. 5.000,- dan ongkos kapal boot Rp. 4.000,-.

Walaupun demikian, soal ongkos nampaknya tidak jadi masalah, hal penting yang mereka prioritaskan adalah bagaimana supaya urusan kantor bisa beres terselesaikan dan perhatian keluarga bisa terpenuhi. Seperti halnya Dini, walaupun badannya letih karena Isya baru nyampe rumah, ia masih harus menemani buah hatinya untuk mengerjakan PR dari sekolahnya. Lain halnya dengan Iju, ia pun akan pulang lebih awal, manakala buah hatinya terkena sakit. Tentu saja itu merupakan suka dukanya menjadi pegawai dan perannya sebagai ibu rumah tangga di rumah yang kebetulan jarak rumah dan kantor dipisahkan puluhan kilometer.

Nasib baik sementara ini berada pada Novi Gunawan. Lulusan STIMIK Pontianak ini beberapa hari yang lalu telah dipromosikan menjadi Kasubag Perencanaann, TI dan pelaoran PA Pontianak kelas 1A. Hal ini berarti, Novi tidak akan lagi berlama-lama nunggu BUS untuk kepergiannya ke kantor, karena antara rumahnya di Kubu Raya lumayan dekat ke kantornya nanti di PA Pontianak.  

Para pegawai ini sangat berharap sekali supaya bisa mutasi ke satker yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka di Pontianak. Namun apalah daya, ketersediaan dan kesempatan mungkin belum berpihak kepada seluruh pegawai ini. Tengok saja, Yusmaniar, SH sejak tahun 2007 ia mulai bertugas di PA Mempawah, yang berarti sudah hampir 12 tahun sudah ia mengabdikan diri di PA Mempawah, yang berati selama itu pula ia harus berjibaku waktu untuk pulang pergi setiap hari dari Pontianak ke Mempawah.

Tentu saja, kita sangat berharap ke enam pegawai PA Mempawah ini, bisa happy ending dalam tugas mereka sebagai abdi negara. Akan ada waktunya ketika mereka bisa mencari nafkah di kampung sendiri. (TRS)